RESUME
PENGANTAR MANAJEMEN
Di susun oleh:
Rizki Claudia
(1416142226)
Dosen Pembimbing:
Jhon Hendri, MM.
FAKULTAS SYARI’AH
DAN EKONOMI ISLAM
JURUSAN PERBANKAN
SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) BENGKULU
Tahun Ajaran 2014/2015
BAB
1
KONSEP
DASAR MANAJEMEN
A.
Organisasi
dan Manajemen
Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerjasama dalam
struktur dan koordinasi tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan
manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Manajemen dibutuhkan oleh sebuah organisasi karena tanpa manajemen, semua usaha
akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama
diperlukannya manajemen, yaitu:
1.
Untuk
mencapai tujuan, manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan
pribadi.
2.
Untuk
menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan.
3.
Untuk
mencapai efesiensi dan efektivitas
B.
Manajemen
sebagai Ilmu dan Seni
Prof. Dr. A. Sanusi, SH. Menjelaskan manajemen sebagai ilmu dan
manajemen sebagai seni sebagai berikut :
1.
Manajemen
sebagai ilmu yaitu suatu kenyataan, data, informasi mengenai tata kerjasama
sebagai objek stuty.
2.
Manajemen
sebagai seni merupakan suatu siasat dan usaha seni tata kerja sama untuk
mencapai tujuan tertentu. Seni adalah suatu keahlian dalam pelaksanaan kerja
yang diperoleh karena bakat, pengalaman, pelajaran atau observasi.
C.
Fungsi-fungsi
Manajemen
Menurut Mg. Hugh and Mg. Hugh, fungsi manajemen terbagi menjadi
empat yaitu:
1.
Fungsi
perencanaan (planning), yaitu fungsi yang berhubungan dengan permbuatan
keputusan mengenai apa tujuan sebuah perusahaan atau organisasi, apa yang akan
di kerjakan untuk mencapai tujuan perusahaan, dan apa strategi yang dilakukan
untuk mencapai tujuan perusahaan serta bagaimana tindakan alternatif yang akan dilakukan jika
perencanaan yang dilakukan mendapat masalah.
2.
Pengorganisasian
(organizing), yaitu proses yang menyangkut bagaimana strategi dan teknik ynag
telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi
yang tepat dan tangguh, sistem dan organisasi yang kondusif.
3.
Pengarahan
(Directing) adalah fungsi manajemen yang bertujuan untuk memotivasi dan
membimbing karyawan dalam rangka
mencapai tujuan perusahaan.
4.
Pengendalian
(Controling) pengendalian fungsi manajemen yang berhubungan dengan prosedur
pengukuran hasil kerja terhadap tujuan perusahaan.
BAB
II
PERKEMBANGAN
ILMU MANAJEMEN
A.
Perkembangan
Teori Ilmu Manajemen
Manajemen telah ada dari zaman dulu, buktinya adalah bangunan
piramida di Mesir yang menunjukkan bahwa zaman dulu telah ada serangkaian
kegiatan yang diatur sedemikian rupa. Aliran manajemen terbagi menjadi tiga
yaitu aliran manajemen klasik, aliran manajemen hubungan manusiawi, dan aliran
manajemen modern.
B.
Aliran Teori Manajemen Klasik
Kelompok aliran klasik terbagi menjadi dua yaitu kelompok manajemen
ilmiah dan manajemen administrasi. Kelompok manajemen ilmiah muncul pada tahun
1900-an yang dikontributori oleh Fredrick W. Tayor. Tayor mengemukakan
manajemen ilmiah yaitu penerapan metode ilmiah pada studi, analisa, dan
pemecahan masalah organisasi. Manajemen ilmiah berpandangan bahwa peningkatan
produktivitas organisasi dapat dicapai ketika produktivitas individu
ditingkatkan. Sedangkan kelompok manajemen administrasi berpandangan bahwa
perubahan produktivitas harus dilakukan secara menyeluruh dalam sebuah
organisasi.
Manajemen klasik memiliki kontribusi yang berharga mengenai
spesialisasi pekerjaan, studi mengenai masa dan beban kerja, dan metode ilmiah
mengenai kegiatan manajemen yang secara ringkas. Kelemahan dari manajemen ini
adalah kurang memperhatikan aspek kemanusiaan sebagai salah satu aspek penting
dalam organisasi.
C.
Aliran Teori Hubungan Manusiawi
Aliran hubungan manusiawi (perilaku manusia atau neoklasik) muncul
karena adanya ketidakpuasan bahwa yang dikemukakan pendekatan klasik tidak
sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Aliran
manusiawi mengemukakan bahwa perhatian terhadap karyawan akan memberikan
keuntungan.
D.
Aliran
Teori Manajemen Modern
Manajemen modern berkembang
melalui dua jalur yang berbeda. Jalur pertama merupakan pengembangan dari
aliran hubungan manusia yang dikenal
sebagai perilaku organisasi dan yang lain
dibangun atas dasar manajemen ilmiah
yang dikenal sebagai aliran kuantitatif. Perilaku organisasi ditandai dengan
perilaku manusia dan sistem sosial. Sedangkan aliran kuantitatif ditandai
dengan berkembangnya team-team riset operasi dalam pemecahan masalah industri.
BAB III
A. Peran
Manajer dalam Organisasi
Manajer
adalah orang yang melakukan kegiatan manajemen. Manaajer adalah orang yang
bertanggung jawab secara langsung untuk mamastikan kegiatan dalam organisasi
dijalankan bersama para anggota dalam organisasi. Para manajer bertugas untuk
memastikam bahwa keseluruhan tujuan yang telah ditetapka oleh organisasi dapat
diwujudkan melalui rangkaian kegiatan manajemen, baik yang bersifat fungional
maupun teori operasional.
B. Keahlian-Keahlian
Manajemen
Keahlian-keahlian
manajemen sebagai berikut:
a. Keahlian
teknis yaitu keahlian yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan spesipik
tertentu, seperti mengoperasikan komputer, mendesain bangunan, membuat layout
perusahaan, dan lain sebagainya.
b. Keahlian
berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat (human relation skills)
c. Keahlian
konseptual(concepual skills), yaitu keahlian dalam berpikir secara abstrak.
d. Keahlian
dalam pengambilan keputusan(decision making skills)
e. Keahlian
dalam mengelola waktu (time management skills)
f. Beberapa
keahlian lain antaranya yaitu keahlian dalam manajemen lobal (global management
skills),keahlian dalam hal teknologi (technological skills).
C. Tingkatan-Tingkatan
Manajemen
Tingkatan-tingkatan
manejemen menurut Nickles, Mg. Hugh and Mg. Hugh terbagi kedalam empat
tingkatan yaitu :
1. Manajemen
tingkat Puncak (Top Management) yaitu manajemen yang bertugas untuk memutuskan
keputusan yang penting bagi kelangsungan perusahaan. Manajemen tingkat ini
biasanya terdiri atas, Direktur, Dewan Direktur dan Wakil Direktur.
2. Manajemen
tingkat Menengah (Middle Management) yaitu manajemen yang bertugas untuk
mengembangkan rencana-rencana operasional dan menjalankan keputusan yang telah
dibuat oleh manajemen tingkat puncak. Manajemen ini terdiri atas kepala divisi,
atau kepala departem atau kepala cabang.
3. Manajemen
Supervisi yaitu manajemen yang terdiri dari para supervsi, ketua kelompok.
4. Manajement
Nonsupervisi biasanya terdiri dari para tenaga kerja tingkat bawah pada umumnya
seperti buruh, pekerja bangunan,dll.
D. Tanggung
Jawab Sosial Manajer
Tanggung
jawab sosial berarti bahwa manajemen mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi
didalam pembuatan keputusannya. Tanggung jawab sosial perusahaan ini merupakan
salah satu tugas yang harus dilakukan oleh para manajer organisasi perusahaan,
karena aspek ini merupakan syarat utama bagi berhasilnya perusahaan, terutama
untuk jangka panjang.
BAB
VI
FUNGSI
PERENCANAAN
A. Konsep
Dasar Perencanaan Dalam Manajemen
Perencanaan menurut Robbins dan Coulter
(2012) yaitu sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi,
menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara
menyeluruh, serta merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk
mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi sehingga
tercapainya tujuan organisasi. Pada intinya perencanaan dibuat sebagai upayah
untuk merumuskan apa yang sesungguhnya ingin dicapai oleh sebuah perusahaan
serta bagaimana mewujudkan sesuatu yang ingin dicapai tersebut.
B. Fungsi
dari Perencanaan
Robbins
dan Coulter menjelaskan bahwa paling tidak ada empat fungsi dari perencanaan,
yaitu:
1. Perencanaan
berfungsi sebagai arahan.
2. Perencanaan
meminimalkan dampak dari perubahan.
3. Perencanaan
meminimalkan pemborosan dan kesia-siaan.
4. Perecanaan
menetapkan standar dalam pengawasan kualitas.
C. Persyaratan
Perencanaan (Planning Requirements)
Beberapa
syarat perencanaan yang baik, yaitu:
1. Faktual
dan Realistis, yaitu apa yang dirumuskan oleh perusahaan sesuai dengan fakta
dan wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi perusahaan.
2. Logis
dan rasional yaitu apa yang dirumuskan dapat diterima oleh akal dan oleh sebab
itu maka perencnaan tersebut bisa dijalankan.
3. Fleksibel,
perencanaan yang baik yaitu tidak kaku.
4. Komitmen,
perencanaan yang baik harus merupakan dan melahirkan komitman terhadap seluruh
anggota organisasi untuk bersama-sama berupaya mewujudkan tujuan organisasi.
5. Komprehensif,
perencanaan yang baik juga harus memenuhi syarat komprehensif artinya
menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek yang terkait langsung maupun tak
langsung terhadap perusahaan.
D. Melakukan
Perencanaan (Planning Procces)
Proses perencanaan melibatkan dua elemen
penting yaitu tujuan (goals) dan rencana (plan). Tujuan (Goals) pada dasarnya
adalah hasil akhir yang diharapkan dapat diraih atau dicaapai oleh individu,
kelompok, atau seluruh organisasi. Sedangkan Rencana (Plan) adalah segala
bentuk konsep dan dokumentasi yang menggambarkan bagaimana tujuan akan dicapai
dan bagaimana sumber daya perusahaan akan dialokasikan, penjadwalan dari proses
pencapai tujuan, hingga segala hal yang terkait dengan pencapaian tujuan.
E. Beberapa
alat bantu bagi perencanaan
Berbagai teoritis manajmen telah
memperkenalkan bebrapa pendekatan dalam melakukan perencanaan. Di antara
beberapa alat manajemen guna meakukan perencanaan diantaranya adalah bagan Arus
(flow Chart), bagan Gantt (Gantt Chart) dan jaringan PERT(PERT Network). Bagan
Arus (Flow Chart) yaitu model grafis yang menunjukan model sistem yang
mengambarkan kejadian yang berkesinambungan (sequencial) dan keputusan
ya-tidak. Bagan Gantt (Gantt Chart) yaitu teknik penjdawalan secara grafis atas
berbagai rencana kegiatan. Sedangkan jaringan PERT yaitu alat bantu perencanaan
melalui penjadwalan dan pengambaran rencana kerja secara kronologis dan
berkelanjutan bagi pekerjaan yang sifatnya tidak rutin, berskala besar, maupun
kompleks. Ada 4 konsep yang harus dipahami dalam PERT keempat konsep tersebut
adalah Event, Activity, Time,dan Critical path.
BAB
V
PENGORGANISASIAN dan STRUKTUR ORGANISASI
A.
Pengertian
Pengorganisasi
Pengorganisasian
merupakan suatu proses untuk merancang struktur
formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota
organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien. Proses
pengorganisasi dapat ditunjukkan
dengan tiga langkah prosedur berikut ini :
1.
Pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai
tujuan organisasi.
2.
Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logik dapat dilaksanakan oleh satu
orang.
3.
Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota organisasi
menjadi kesatuan yang terpadu
dan harmonis.
B.
Struktur
Organisasi
Struktur organisasi (disain organisasi) dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dimana organisasi
dikelola. faktor-faktor utama yang
menentukan perancangan struktur organisasi adalah sebagai berikut
1.
Strategi
organisasi untuk mencapai tujuannya.
2.
pada dasarnya menyimpulkan bahwa "struktur mengikuti
strategi".
3.
Teknologi yang digunakan.
4.
Anggota (karyawan) dan orang-orang yang
terlibat dalam organisasi
5.
Ukuran organisasi.
Sedangkan unsur-unsur struktur organisasi terdiri
dari :
a.
Spesialisasi kegiatan
b.
Standardisasi kegiatan
c.
Koordinasi
d.
Sentralisasi dan desentraliasi pembuatan keputusan,
e.
Ukuran satuan kerja
C.
Bagan
Organisasi Formal
Bagan organisasi memperlihatkan susunan fungsi-fungsi. Bagan organisasi menggambarkan lima aspek utama suatu sturktur
organisasi, yang secara ringkas
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pembagian kerja..
2. Manajer dan bawahan atau rantai perintah.
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan..
4. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan.
5. Tingkatan manajemen.
Bentuk-bentuk bagan organisasi menurut Hemy G. Hidges terbagi
menjadi tiga yaitu bentuk piramida, bentuk vertikal dan bentuk horizontal.
D.
Departementalisasi
Departementalisasi merupakan proses penentuan bagian-bagian dalam
organisasi yang akan bertanggung jawab dalam melakukan bermacam jenis pekerjaan
yang telah dikategorikan berdasarkan faktor-faktor tertentu. Dalam mendesain
organisasi, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan yaitu pendekatan
fungsional. Pendekatan produk, pendekatan pelanggan, pendekatan geografis dan
pendekatan matriks.
E.
Struktur
Organisasi Formal dan Informal
Struktur organisasi formal merupakan struktur organisasi yang
dihasilkan melalui keseluruhan proses. Struktur organisasi formal inilah yang
dijadikan panduan bagi seluruh anggota organisasi untuk melakukan berbagai hal
dalam upaya pencapaian tujuan. Dalam kondisi tertentu organisasi informal dapat
membantu manajer dalam mencapai tujuan organisasi, namun jika tuntutan
organisasi informal tidak diakomodasi dengan baik maka akan menimbulkan konflik
internal yang bisa menghambat pencapaian tujuan organisasi.
BAB
VI
KEKUASAAN,
KEWENANGAN, TANGGUNG JAWAB dan DELEGASI
A.
Kekuasaan
(Power)
Kekuasaan
adalah suatu kemampuan untuk memengaruhi orang atau merubah orang atau situasi.
Kekuasaan sesungguhnya merupakan konsekuensi logis yang muncul dari setiap
organisasi yang didalamnya terdapat pimpinan dan bawahan, atau manajemen puncak
dan manajemen tingkat bawah. Menurut French dan Raven terdapat lima faktor yang mendasari adanyanya sebuah kekuasaan (sources of power)
yaitu reward
power, coercive power, legitimate power, expert power, dan referent power.
B.
Kewenangan
(Authority)
Kewenangan adalah bentuk lain dari kekuasaan yang bersifat formal
atau terlegitimasi. Dalam sebuah organisasi, seseorang ditunjuk atau dipilih
untuk mremimpin suatu organisasi, bagian atau departemen memiliki kewenangan
yang terlegitimasi. Terdapat dua pandangan mengenai kewenangan formal, yaitu
pandangan klasik dan pandangan berdasarkan penerimaan. Pandangan klasik
mengenai kewenangan formal yaitu bahwa kewenangan pada dasarnya terlahir
sebagai akibat adanya kewenangan yang lebih tinggi dari kewenangan yang
diberikan. Sedangkan pandanga berdasarkan penerimaan menyatakan bahwa
kewenangan formal akan cenderung dijalankan atau diterima oleh bawahan
tergantung pada beberapa persyaratan.
C.
Struktur
Lini dan Staf
Staf merupakan indvidu atau kelompok dalam sttruktur organisasi
yang fungsi utamanya memberikan saran dan pelayanan kepada fungsi lini. Karyawan staf atau staf departemen tidak secara langsung terlibat dalam kegiatan utama
organisasi atau departemen. Beberapa
alasan mengapa kegiatan lini dan staf dibedakan karena kegiatan lini
mencerminkan pekerjaan pokok organisasi, manajemen puncak harus secara khusus
memperhatikan kebutuhan integritas dan pengaruh departemen tersebut.
D.
Wewenang
Lini, Staf dan Fungsional
Wewenang lini adalah wewenang dimana atasan melakukannya atas bawahannya
langsung. Wewenang staf adalah hak yang dipunyai oleh satuan-satuan staf atau
para spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi, atau kontribusi kepada
personalia lini. Sedangkan wewenang fungsional adalah hubungan terkuat yang
dapat dimiliki staf dengan satuan-satuan lini.
E. Delegasi Wewenang
Delegasi merupakan pelimpahan dan tanggung jawab formal kepada orang lain
untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Delegasi wewenang adalah proses dimana
para manajer mengalokasikan wewenang ke bawah kepada orang-orang yang melapor
kepadanya. Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar delegasi yang efektif yaitu
prinsip skalar, prinsip kesatuan perintah dan tanggung jawab dan wewenang dan
akuntabiditas.
F. Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi adalah pemusatan kekuasaan dan wewenang pada tingkatan atas
suatu organisasi. Desentralisasi adalah penyebaran atau pelimpahan secara
meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan ketingkatan-ketingkatan organisasi
yang lebih rendah. Faktor yang memperngaruhi derajat desentralisasi yaitu
filsafat manajemen, ukuran dan tingkat pertumbuhan organisasi, strategi dan
lingkuan organisasi, penyebaran geografis organisasi, tersedianya peralatan
pengawasan yang efektif, kualitas manajer, keanekaragaman produk dan jasa, dan
karakteristik organisasi lainnya.
BAB VII
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
A. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumer daya manusia adalah proses
serta upaya untuk merekrut, mengembangkan, memotivasi, serta mengevakuasi
keseluruhan sumber daya manusia yang diperlukan perusahaan dalam pencapaian
tujuannya. Peranan sumber daya manusia dalam organisasi memiliki fungsi yang
penting bagi tercapainya tujuan tujuan
organisasi perusahaan.
B. Proses Manajemen Sumber Daya Manusia
Proses manajemen sumber daya mausia adalah proses yang berkaitan dengan
upaya yang dilakukan dari mulai perencanaan sumber daya manusia, perekrutan,
penandatanganan kontrak kerja, penetapan tenaga kerja, hingga pembinaan dan
pengembangan tenaga kerja guna menempatkan dan tetap memelihara tenaga kerja
pada posisi dan kuanlifikasi tertentu serta bertanggung jawab sesuai dengan
persyaratan yang diberikan kepada tenaga kerja. Proses sumber daya manusia
terbagi menjadi lima bagian fungsi uatama yang terdiri dari Human Resource
Planning, Personnel Procurement, Personnel Development, Personnel Maintenance,
Personnel Utilization.
C. Penarikan dan Seleksi Karyawan
Penarikan karyawan berkenaan dengan pencarian dan penarikan sejumlah karyawan potensial yang akan diseleksi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi. Metode-metode penarikan yang biasa
digunakan meliputi : pengiklanan, leasing (penggunaan tenaga
honorer), rekomendasi dari karyawan yang sedang bekerja (employee referrals.), penarikan lewat lembaga-lembaga pendidikan, kantor penempatan tenaga kerja, serikat buruh dan penggunaan komputer. Sedangkan
seleksi karyawan adalah pemilihan
seseorang tertentu dari sekelompok karyawan-karyawan
potensial untuk melaksanakan suatu jabatan tertentu.
Proses orientasi
merupakan pengenalan sederhana dengan para karyawan lama, tetapi juga dapat merupakan proses
panjang, yang meliputi pemberian
informasi mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan personalia (kondisi kerja, upah, dan jaminan sosial), prosedur-prosedur
kerja, gambaran umum sejarah dan sifat perusahaan, dan manfaat-manfaat yang
diperoleh karyawan baru. Berhasilnya karyawan baru bergabung dengan suatu lingkungan kerja banyak tergantung
pada pelaksanaan tugas para penyedia.
D.
Latihan dan Pengembangan Karyawan
Tujuan latihan dan pengembangan karyawan adalah untuk memperbaiki efektivitas kerja karyawan dalam
mencapai hasil-hasil kerja yang
telah ditetapkan. Pengembangan dibutuhkan
untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan
teknologi. Metoda yang dapat digunakan bagi pengembangan karyawan adalah metoda "on the job" dan "off the job". Metoda-metoda "On-the-job" meliputi Coaching, planned progression, rotasi
jabatan, penugasan sementara,dan
Sistem -sistem penilaian prestasi
formal.
E.
Pemberian Kompensasi kepada
Karyawan
Kompensasi adalah pemberian kepada karyawan
dengan pwmbayaran finansial sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang
dilaksanakan dan sebagai motivator untuk pelaksanaan kegiatan diwaktu yang akan
datang. Bentuk-bentuk kompensasi yaitu upah harian, upah insentif, gaji tetap
dll.
BAB VIII
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
A. Pengertian Komunikasi
Stoner,
Freeman, dan Gilbert (1995) mendefinisikan komunikasi adalah proses di mana
seseorang berusaha untuk memberikan pengertian atau pesan kepada orang lain melalui pesan simbolis. Komunikasi
bisa dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung, dengan menggunakan berbagai media komunikasi yang tersedia. Komunikasi
langsung berarti komunikasi disampaikan tanpa penggunaan mediator atau
perantara, sedangkan komunikasi tidak langsung berarti sebaliknya.
B. Proses terjadinya Komunikasi
Komunikasi terjadi
melalui beberapa tahapan seperti yang terlihat pada gambar berikut ini:
Pada gambar diatas
dapat kita lihat bahwa dalam terjadinya komunikasi harus ada pengirim yang
mengontrol pesan atau informasi yang akan disampaikan kepada penerima. Pesan
tersebut dirubah kedalam bentuk lain seperti simbol, sandi atau angka yang
disebut enckoding dan pesan tersebut dikirimkan melalui alat atau media
tertentu, setelah itu terjadilah proses dekoding atau proses penerjemahan
kembali kemudian pesan tersebut diterima oleh penerima dan penerima melakukan
feedback atau umpan balik. Seperti itu lah komunikasi berlangsung.
C.
Komunikasi Organisasi
Menurut Raymond V. Lesikar ada empat faktor yang mempengaruhi
efektifitas komunikasi organisasi, yaitu saluran komunikasi formal, struktur wewenang organisasi, spesialisasi
jabatan dan pemilikan informasi. Saluran komunikasi dalam organisasi terbagi
menjadi komunikasi vertikal, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal.
Komunikasi vertikal terdiri ats komunikasi keatas dan kebawah. Komunikasi
horizontal adalah komunikasi yang terjadi dalam departemen yang sama atau
antara para anggota dalam kelompok yang sama. Sedangkan Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara
menyilang diagonal rantai perintah organisasi.
D.
Efektivitas Komunikasi
Untuk mencapai keefektifan dalam berkomunikasi
diperlukan kesadaran akan kebutuhan komunikasi efekti dan penggunaan umpan
balik. American Management Associations telah menyusun sejumlah prinsip
komunikasi yang disebut “the ten Commandments of good Communication”. Pedoman
ini disusun untuk meningkatkan efektifitas komunikasi organisasi, yang secara
ringkas adalah sebagai berikut:
1. Cari kejelasan gagasan-gagasan
terlebih dahulu sebelum dikomunikasikan.
2.
Teliti tujuan sebenarnya setiap
komunikasi.
3.
Pertimbangkan keadaan phisik dan
manusia keseluruhan kapan saja komunikasi akan dilakukan.
4.
Konsultasikan dengan pihak-pihak lain, bila perlu, dalam perencanaan komunikasi.
5.
Perhatikan tekanan nada dan
ekspresi lainnya sesuai isi dasar berita selama berkomunikasi.
6.
Ambil kesempatan, bila timbul,
untuk mendapatkan segala sesuatu yang membantu
atau umpan balik.
7.
Ikuti lebih lanjut komunikasi yang telah dilakukan.
8.
Perhatikan konsistensi
komunikasi.
9.
Tindakan atau perbuatan harus mendorong komunikasi.
10.
Jadilah pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya untuk dimengerti tetapi untuk mengerti.
BAB IX
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI
A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses
memengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan
pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah proses
dalam mengarahkan dan memengaruhi para anggota dalam hat berbagai aktivitas yang harus dilakukan.
Kepemimpinan adalah bagian penting
manajemen, tetapi tidak sama dengan
manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja
mencapai tujuan dan sasaran.
B.
Pendekatan-Pendekatan Studi Kepemimpinan
Pendekatan pertama memandang kepemimpinan
sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (traits) yang tampak.Pendekatan
kedua bermaksud mengidentifikasikan perilaku-perilaku (behaviors) pribadi yang berhubungan dengan
kepemimpinan efektif. Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan
bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku
tertentu akanmuncul sebagai pemimpin
dalam situasi kelompok apapun di mana dia berada.
C. Fungsi-fungsi Kepemimpinan
Fungsi utama kepemimpinan adalah sebagai berikut:
1. fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas ("task-related") atau pemecahan masalah,
2. fungsi-fungsi
pemeliharaan kelompok ('group-maintenance") atau sosial.
D. Gaya-gaya Kepemimpinan
Para peneliti telah
mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan :
a.
gaya dengan orientasi tugas
(task-oriented)
b. gaya dengan orientasi karyawan (employ oriented)
E. Teori X dan Teori Y
Teori X adalah teori yang beranggapan bahwa rata-rata pembawaan manusia
malas atau tidak menyukai pekerjaan
dan akan menghindarinya bila mungkin yang akan merugikan. Sedangkan teori Y
beranggapan bahwa Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan
sebagian saja dalam kondisi kehidupan
industri modern.
F.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Perilaku Kepemimpinan
Mary Parker Follett, yang mengembangkan hukum situasi, mengatakan bahwa ada tiga variabel kritis
yang mempengaruhi gaya pemimpin, yaitu:
a. pemimpin,
b. pengikut atau bawahan,
c. situasi.
Ketiganya saling berhubungan dan berinteraksi, seperti ditunjukkan gambar dibawah.Follett juga menyatakan bahwa para pemimpin
seharusnya berorientasi pada kelompok dan
bukan berorientasi pada kekuasaan.
BAB X
FUNGSI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
A. Pengertian Fungsi Pengawasan
Mockler. Schermerhorn mendefinisikan pengawasan
sebagai proses dalam menetapkan ukuran Kinerja dan pengambilan
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai
dengan Kinerja yang telah ditetapkan. Jadi, fungsi pengawasan
adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktivitas yang terlaksana
sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
B. Tujuan dari Fungsi Pengawasan
Griffin (2000) menjelaskan bahwa terdapat empat
tujuan dari fungsi pengawasan yaitu:
1.
adaptasi lingkungan,
2.
meminimalkan kegagalan,
3.
meminimumkan biaya,
4.
mengantisipasi kompleksitas dari
organisasi.
C. Langkah-langkah dalam fungsi pengawasan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
fungsi pengawasan terdiri dari:
1.
Penetapan standar dan metode
penilaian Kinerja
2.
Penilaian Kinerja
3.
Penilaian apakah Kinerja memenuhi
standar ataukah tidak
4. Pengambilan tindakan
koreksi
D. Beberapa Gejala yang Memerlukan Pengawasan
dan Pengendalian
Di antara beberapa
gejala yang biasanya menunjukkan perlu adanya kontrol atau pengawasan dan
pengendalian perusahaan sebagaimana diterangkan oleh Kreitner (1992) adalah sebagai berikut:
a.
Terjadi penurunan pendapatan atau
profit, namun tidak begitu
jelas faktor penyebabnya
b.
Penurunan kualitas pelayanan
(teridentifikasi dari adanya keluhan pelanggan)
c.
Ketidakpuasan pegawai (teridentifikasi dari adanya
keluhan pegawai, produktivitas kerja yang menurun, dan lain sebagainya)
d.
Berkurangnya kas perusahaan
e.
Banyaknya pegawai atau pekerja
yang menganggurTidak terorganisasinya setiap pekerjaan dengan
baik
f.
Biaya yang melebihi anggaran
g.
Adanya penghamburan dan mefisiensi
E. Tahap-tahap dalam proses pengawasan
Berikut ini adalah tahap-tahap proses pengawasan.
1.
Proses pengawasan biasanya
terdiri paling sedikit lima tahap (langkah), adalah :
2. penetapan standar pelaksanaan
(perencanaan),
3. penentuan pengukuran pelaksanaan
kegiatan,
4. pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata,
5. pembandingan
pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan, dan pengambilan tindakan koreksi bila perlu.
F. Karakteristik Pengawasan yang Efektif
Karakteristik-karakteristik
pengawasan yang efektif dapat lebih
diperinci sebagai berikut :
1.
Akurat.
2.
Tepat waktu.
3. Obyektif dan
menyeluruh.
4.
Terpusat pada titik-titik
pengawasan strategic.
5.
Realistik secara ekonomis.
6.
Realistik secara organisasional.
7.
Terkoordinasi dengan aliran kerja
organisasi
8.
Fleksibel.
9.
Bersifat sebagai petunjuk dan
operasional
10. Diterima para anggota
organisasi.
BAB XI
LINGKUNGAN dan BUDAYA ORGANISASI
A. Lingkungan dan
Organisasi Bisnis
Organisasi Bisnis
sebagai Bagian dari Lingkungan, Organisasi
sebagai kumpulan orang-orang tidak dapat dilepaskan dari lingkungan, karena pada dasarnya organisasi juga merupakan
bagian dari lingkungan dan masyarakat.
1.
lingkungan Internal organisasi
Yang dimaksud dengan lingkungan internal organisasi
adalah berbagai hal atau berbagai pihak yang terkait langsung dengan kegiatan sehari-hari organisasi, dan memengaruhi langsung terhadap setiap program,
kebijakan Organisasi. Yang termasuk
ke dalam lingkungan internal organisasi
adalah para pemilik organisasi (owners), para pengelola organisasi (board
of managers or directors), para
staf, anggota atau para pekerja (employees),
serta lingkungan fisik organisasi
(physical work environment).
2.
Pemilik Organisasi
(Owners)
Para pemilik organisasi adalah
mereka yang secara historis maupun hukumdinyatakan sebagai pemilik akibat adanya
penyertaan modal, ide, ataupun
berdasarkan ketentuan lainnya dinyatakan sebagai pemilik organisasi. Dalam
organisasi perusahaan para pemilik
organisasi misalnya adalah para pemegang saham, anggota (koperasi), atau juga individu jika perusahaan tersebut
bersifat individu dari segi kepemilikan.
3.
Manajemen (Board of Managers or Directors)
Manajemen adalah orang-orang yang menurut
para pemilik organisasi perusahaan
dinyatakan atau ditunjuk sebagai pengelola organisasi dalam aktivitasnya sehari-hari
untuk suatu periode tertentu.
4.
Anggota
atau Para Pekerja (Employees)
Para anggota atau para
pekerja dalam sebuah organisasi merupakan unsur
sumbe daya manusia (SDM) yang
sangat dominan dalam sebuah organisasi, karena biasanya jumlahnya merupakan yang paling besar dalam sebuah organisasi.
5.
Lingkungan Eksternal
Organisasi
Sebagaimana diterangkan di muka,
lingkungan eksternal atau lingkungan yang terkait dengan
kegiatan operasional organisasi dan bagaimana kegiatan operasional ini dapat bertahan.
6. Lingkungan Mikro dan Makro Perusahaan
Lingkungan mikro perusahaan adalah
terdiri dari pelanggan (customer), pesaing (competitor), pemasok (supplier), dan partner strategis
(strategic partner).Sedangkan lingkungan
makro perusahaan terbagi dua, yaitu
lingkungan lokal dan internasional.Lingkungan
lokal dapat berupa para pembuat peraturan (regulators), pemerintah (government),
masyarakat luas pada umumnya (society),
lembaga-lembaga yang terkait dengan kegiatan perusahaan seperti organisasi
nonpemerintah (NGOs), seperti lembaga perlindungan konsumen (YLKI), dan lain
sebagainya.
7.
Pesaing (Competitor)
Pesaing adalah organisasi bisnis lain yang
menjalankan bisnis yang sama dengan organisasi
yang kita jalankan. Karena bisnis yang dijalankan sama, maka pesaing merupakan
tantangan (sekaligus ancaman) yang dihadapi
organisasi dalam meraih pelanggan.
8.
Pemasok (Supplier)
Pemasok adalah pihak yang terkait
langsung dalam kegiatan bisnis dari sebuah organisasi, khususnya organisasi bisnis yang melakukan kegiatan produksi barang jadi dari bcrbagai jenis bahan baku. Sebuah perusahaan
sepatu sangat tergantung sekali dengan para pemasok bahan baku sepatu, dari
mulai pernasok kulit, pemasok lem, pemasok
benang, dan sebagainya.
9.
Partner Strategis (Strategic Partner)
Partner strategis adalah perusahaan lain
yang menjalankan bisnis berbeda dengan perusahaan kita, tetapi secara
bersama-sama bisa menjadi mitra kita dalam menjalankan bisnis yang saling
mengtuzttulgkan kedua belah pihak. Dalam istilah biologi dikenal simbiosis mutualisme yang kurang lebih artinya kerja
sarna yang saling menguntungkan.
10.
Regulator
Regulator adalah pihak-pihak yang berkepentingan dalam menciptakan keadaan darikegiatan bisnis yang fair dan aman bagi semua
pihak yang ingin menjalankan bisnis.
11.
Pemerintah (Government)
Pemerintah adalah
pihak yang atas
legitimasi politik tertentu di suatu negara diangkat dan bertugas untuk mewujudkan masyarakat
ke arah yang lebih baik dalan pembangunan di segala bidang.
B.
Berbagai Bentuk Kegiatan Bisnis
Internasional
Ada beberapa bentuk kegiatan bisnis internasional yang dapat dipilih oleh organisasi bisnis, di antaranya
adalah:
1.
Ekspor-Impor (Export-Import),
2.
Liseni' (Licencing),
3.
Partner Strategis (International
Strategic Alliance Or Joint Venture),
4.
Investasi Langsung (Direct Investment).
C.
Faktor-faktor Terkait dalam
Bisnis internasional
Perusahaan yang menjalankan bisnis secara
internasional perlu memerhatikan beberapa hal yang terkait dengan kegiatan
bisnis internasional, terutama yang terkait
dengan kegiatan transaksi bisnis
secara internasional. Ada tiga faktor terkait yang perlu diperhatikan, yaitu kontrol dalam
perdagangan internasional, eksistensi
komunitas dan institusi ekonomi
secara internasional, serta perbedaan budaya antarnegara.
D.
Budaya Organisasi dan Kegiatan Bisnis
1.
Pentingnya
Budaya Bagi Organisasi Bisnis
Budaya organisasi penting sekali untuk dipahami karena banyak pengalaman
menunjukkan bahwa ternyata budaya organisasi ini tidak saja berbicara mengenai
bagaimana sebuali organisasi bisnis menjalankan kegiatannya sehari-hari, tetapi
juga sangat memengaruhi bagaimana kinerja yang
dicapai oleh sebuah organisasi bisnis.
2.
Faktor Penentu Terbentuknya
Budaya Organisasi
Faktor yang menentukan
terbentuknya budaya organisasi adalah
pengalaman yang dijalani oleh
organisasi itu sendiri. Pengalaman bisa
berupa kesuksesan maupun kegagalan. Kesuksesan bisa disebabkan karena adanya konsep
bisnis yang tepat, pendekatan manajemen yang terbaik, dan lain-lain.
3.
Manajemen
Bagi Budaya Organisasi
Pada dasarnya para manajer perlu memahami organisasi apa yang dianut saat ini, diyakini oleh lingkungan saat ini, dan kemudian perlu memiliki keyakinan untuk mempertahankan dan mengubah budaya tersebut sesuai dengan tujuan organisasi yang ingin
dicapai dalam jangka panjang.
BAB XII
ETIKA MANAJEMEN dan TANGGUNG JAWAB SOSIAL DALAM ORGANISASI
A. Tanggung Jawab Sosial
dari Organisasi
Tanggung jawab sosial ini dapat berupa tanggung jawab terhadap kebersihan dan kesehatan
lingkungan, keadcian ekonomi
masyarakat pada umumnya, partisipasi perusahaan dalam pembangtm,lnlingkungannya, dan lain sebagainya. Perusahaan perlu memberikan tanggung jawab sosial sebagai konsekuensi
logis keberadaannya dalam lingkungan
dan masyarakat.Hanya saja tanggung jawab sosial yang harus dipikul perusahaan ini semestinya diatur dengan lebih baik oleh pemerintah sehingga porsinya
tidak terlalu menjadi kekuatan yang dominan di masyarakat, namun bersama-sama dengan pemerintah dan masyarakat
mewujudkan lingkungan ke arah yang lebih baik.
B. Mengelola Tanggung Jawab
Sosial dari Perusahaan
Perusahaan akan berhadapan dengan tuntutan yang lebih besar dari sisi tanggung
jawab sosial seiring dengan semakin besarnya kesadaran masyarakat akan lingkungannya.
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan., sebagaimana yang dikemukakan oleh
Kreitner (1992), yaitu strategi reaktif, defensif, proaktif, dan akomodatif.
Kegiatan bisnis yang
melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial cenderung menolak atau menghindarkan
diri.dari tanggung jawab sosial. Strategi
defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait
dengan penggunaan pendekatan legal atau
jalur hukum untuk menghindarkan diri
atau menolak tanggung jawab sosial.
Kegiatan
bisnis yang melakukan strategi akomodatif misalnya beberapa perusahaan memberikan tanggung jawab sosial berupa
pelayanan kesehatan, kebersihan, dan lain sebagainya, bukan karena perusahaan menyadari perlunya tanggung jawab sosial, namun karena
adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal
tersebut. Kegiatan bisnis yang melakukan strategi proaktif dalam tanggung jawab
sosial memandang bahwa tanggung jawab
sosial adalah bagian dari tanggung jawab untuk memuaskan stctlceholders.
C. Manfaat Tanggung Jawab Sosial
1. Manfaat
Bagi Perusahaan
Manfaat yang jelas
bagi perusahaan jika perusahaan memberikan tanggung jawab sosial adalah munculnya citra positif dari
masyarakat akan kehadiran perusahaan lingkungannya.
Kegiatan perusahaan dalam jangkaa panjang akan dianggap sebagai kontribusi yang positif bagi masyarakat.
2. Manfaat Bagi
Masyarakat
Manfaat bagi
masyarakat dari tanggung jawab sosial yang dilakukan
oleh perusahaan sangatlah
jelas. Selain bahwa beberapa kepentingan masyarakat diperhatikan oleh perusahaan,
Masyarakat juga akan mendapatkan pandangan baru mengenai hubungan.
perusahaan dan masyarakat yang barangkali selama ini hanya sekadar dipahami
sebagai hubungan produsen-konsumen, atau hubungan
antara penjual dan pembeli saja. Masyarakat
akan memiliki pandangan baru bahwa hubungan antara masyarakat dalam dunia bisnis perlu diarahkan untuk kerja sama yang
saling menguntungkan kedua belah
pihak.
3. Manfaat Bagi
Pemerintah
Manfaat sebagai pemerintah dengan adanya
tanggung jawab sosial dari pemerintah juga sangatlah jelas. Pemerintah pada akhirnya
tidak hanya berfungsi sebagai wasit yang menetapkan aturan main dalam
hubungan masyarakat dengan dunia bisnis, dalam memberikan sanksi bagi pihak yang
melanggarnya.
D. Masa Depan Tanggung Jawab
Sosial
Perusahaan akan menghadapi tuntutan
untuk terlibat lebih banyak dalam tanggung jawab
sosial di masa yang akan datang. Hal ini didukung oleh penelitian
empiris yang dilakukan oleh Vamos
dan Power (1990), Strategi proaktif dari perusahaan dalam kaitannya dengan tanggung jawab sosial tampaknya tidak
dapat dihindarkan lagi di masa yang akan
datang.
E. Mengukur
Etika Manajemen
Nilai personal
dapal digunakan untuk mengukur etika. Griffin (2000) mengenalkan sebuah model untuk menilai etika. Model
penilaian etika tersebut memberikan panduan apakah sesuatu tindakan atau kegiatan memenuhi kriteria atau tidak dapat
dinilai dari 4 kriteria etika, yaitu dari sisi manfaat (benefits), pemenuhan
hak-hak (rights), prinsip keadilan (justice),
dari sifat pemeliharaan (caring).
BAB XIII
MANAJAJEMEN USAHA KECIL dan
MANAJEMEN ORGANISASI WIRALABA
A.
Manajemen Usaha Kecil dan Ruang
Lingkupnya
Pengertian usaha kecil dapat didefinisikan sebagai usaha yang dijalankan oleh
sejumlah orang (di bawah 20 orang) di mana usaha
tersebut memiliki kekayaan bersih maksimal sebesar 200 juta rupiah dan penghasilan
tahunan maksimal sebesar 1 miliar rupiah. Manajemen usaha kecil tidak jauh berbeda
dengan manajemen organisasi bisnis pada umumnya.Sebagai sebuah organisasi
bisnis, keseluruhan fungsi manajemen sebaiknya dijalankan dengan mempertimbangkan jenis dan skala bisnis dari usaha yang
dilakukan. Jadi, manajemen usaha kecil
tidak jauh berbeda dengan manajemen perusahaan pada umumnya.
B. Faktor yang perlu
dimiliki untuk menjalankan manajemen usaha kecil
Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh mereka
yang menjalankan atau melakukan
manajemen usaha kecil. Faktor-faktor tersebut adalah entrepreneurship, profesional, inovatif, keluasan jaringan usaha, dan
kemampuan adaptif.
1.
Entrepreneurship
Kewirausahaan dikemukakan oleh
Kreitner (1995) adalah sebuah proses di mana seseorang atau sebuah organisasi menjawab peluang
sekalipun ketersediaan sumber daya yang dimilikinya terbatas. Secara sepintas, pengertian ini menunjukkan bahwa seorang
pelaku usaha kecil tidak perlu
mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang dimilikinya. Akan tetapi,
pengertian ini perlu dipahami dengan perspektif optimis, bahwa seorang wirausaha atau entrepreneur adalah seorang yang selalu berusaha tnengubah
keadaan menjadi lebih baik, sekalipun harus melalui sebuah risiko.
2.
Profesional
Profesional berarti bahwa usaha kecil dijalankan
dengan menganut kepada prinsip-prinsip manajemen modern dalam sebuah
organisasi. Dalam mengelola sumber daya manusianya
usaha kecil juga perlu menempatkan orang-orang yang sesuai dengan tempatnya. Jika perlu, orang-orang dilatih agar dapat bekerja
secara profesional.
3.
Inovatif
Salah satu ciri dari dunia usaha
adalah terjadinya perubahan yang begitu cepat. Perubahan
tersebut dapat berupa perubahan dari karakteristik dan jumlah konsumen, jumlah pesaing, hingga ketersediaan pasokan bagi
bisnis yang dijalankan. Berangkat dari hal tersebut, usaha kecil perlu mengembangkan
pola-pola inovatif dengan memunculkan
berbagai ide baru mengenai pengembangan usaha yang dijalankan oleh mereka.
4.
Keluasan Jaringan Usaha
Jaringan merupakan kunci
keberhasilan usaha. Pada dasarnya semakin luas jaringan yang dapat
dibangun oleh usaha kecil, dari mulai jaringan dengan pemasok, investor,
pelanggan, hingga berbagai pihak terkait, semakin besar peluang usaha kecil untuk mengembangkan usahanya dalam jangka
panjang.
5.
Kemampuan Adaptif
Manajemen usaha kecil juga perlu
memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Jika saat ini teknologi informasi yang berbasis
komputer sudah tidak asing lagi
dipergunakan dalam dunia bisnis, maka tidak ada salahnya jika usaha kecil juga menjalankan usahanya dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut, tentu disesuaikan dengan kebutuhannya yang paling relevan.